PERKEMBANGAN RISALAH-RISALAH KENABIAN: MASA KANAK-KANAK HINGGA DEWASA

 PERKEMBANGAN RISALAH-RISALAH KENABIAN


Proses panjang dalam perkembangan kehidupan manusia yang didasari dengan ajaran-ajaran kenabian tentu memberikan kita pemahaman dari berbagai macam perspektif yang dapat dianalisa dengan saksama. Mereka yang menganalisa studi tentang perbandingan agama, ditelisik secara historis bahwa akan dapat mengidentifikasi perkembangan manusia dimulai sejak “kecil” , “remaja” dan “dewasa”. Risalah-risalah kenabian selalu datang sesuai dengan masa perkembangan itu sendiri. Tak dapat terbantahkan bahwa risalah itu berasal dari Rabbul Izzati yang Mahakuasa. Allah Swt. Senantiasa memberikan risalah sesuai dengan keadaan objektif suatu kaum, tak luput juga Allah Swt menyediakan “obat” bagi pasiennya. Hal itu terus berkembang sehingga perkembangan manusia sampai ke tahap penyempurnaan. Hal itu juga menjadi salah satu paradigma berpikir salah satu filsuf Jerman yaitu Karl Marx. Marx mendeskripsikan bagaimana perkembangan kehidupan manusia ini dapat ditelusuri melalui sejarahnya. Kehidupan yang dimulai dari zaman perbudakan sampai ke tahap menuju kehidupan era baru. Sejarah manusia dideskripsikan berdasarkan perkembangan agama yang selalu mengikuti perkembagan manusia.

Sayyid Quthub mengatakan  dalam kitabnya Fi Zhilalil Quran Jilid III Halaman 53-54 tentang tafsir Surat Ali Imran ayat 3, yaitu Kitab suci yang diturunkan dengan kebenaran itu (yakni Alquran) membenarkan agama-agama yang diturunkan terdahulu hingga zaman turunnya Alquran. Yakni membenarkan secara substantif pokok-pokok agama terdahulu. Perkembangan umat manusia tidak terjadi secara spontanitas, akan tetapi berlaku hukum kausalitas yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor tertentu yang memengaruhi suatu umat dapat berkembang menjadi lebih baik, sedangkan yang lainnya masih tetap stagnan dan terbelakang atau bahkan tetap menjadi kaum yang primitif. Bahkan, jika tidak salah kalau dikatakan umat manusia saat ini masih terbagi menjadi beberapa kavling, yaitu “kecil”, “remaja” dan “dewasa”.

Risalah-risalah agama langit diturunkan kepada kelompok manusia yang tinggi tingkat peradabannya, namun tetap memiliki perbedaan secara stratifikasi menurut situasi dan kondisi serta waktu turunnya suatu risalah. Maka, tak heran jika Timur Tengah menjadi pewaris yang tinggi nilai peradabannya bagi yang lainnya. Sebab, risalah-risalah agama langit diturunkan di Timur Tengah. Misal saja seperti peradaban Mesir Kuno dan Babylonia. Mengenai perbedaan tingkatan risalah-risalah itu dibagi kurang lebih menjadi tiga periode.

Periode pertama, yaitu mencerminkan umat manusia pada masa kanak-kanak. Hal itu terjadi di masa Nabi Adam AS. Hingga Nabi Ibrahim AS. Periode kedua, yaitu mencerminkan umat manusia pada masa remaja. Masa yang mencakup suatu periode datangnya nabi-nabi dari Bani Israil, terutama Nabi Musa AS. dan Nabi Isa AS. Periode ketiga, yaitu mencerminkan umat manusia pada masa dewasa yaitu dimulai sejak datangnya risalah Nabi Muhammad SAW. Pada masing-masing tingkatan tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi indikator.

Pada periode pertama, dakwah risalah masih sangat sederahana. Ciri-cirinya ialah pertama, Dakwah masih terbatas pada ruang lingkup kecil, yang di tengah-tengahnya hidup seorang Rasul yang bersangkutan misalnya Nabi Luth AS dan Nabi Ibrahim AS. Dakwah masa periode ini tidak melampaui batas kelompok mereka dan tidak tertuju kepada kelompok lain. Kedua, Dakwah hanya sebatas menyerukan keesaan kepada Allah SWT, meninggalkan penyembahan kepada berhala, tanpa disertai dengan pengaturan-pengaturan tertentu terkecuali sudah menjadi penyakit suatu kaum yang merebak sehingga dakwah harus melarangnya dengan peraturan dan berjuang untuk mengikisnya. Ayat-ayat suci Alquran yang membicarakan risalah-risalah seperti di atas dapat dibaca dan dipahami pada ayat-ayat berikut:

1. “Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, dan ia berseru: Hai kaum (ku), sembahlah Allah, tiada tuhan bagi kalian selain Dia” (Q.S. Al-A’raf: 59)

2.“Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (ia berkata:) Sesungguhnya aku ini adalah jelas sebagai juru ingat (nadzir). Janganlah kalian menyembah selain Allah”. (Q.S. Hud: 25-26)

3. “Dan Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: mengapa kalian melakukan perbuatan cabul (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun di dunia ini sebelum kalian” (Q.S. Al-A’raf: 80)

4. “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah. Tidak aada Tuhan sama sekali bagi kalian selain Dia.” (Q.S. Al-A’raf: 85)

5. “Sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti yang nyata dari Tuhan kalian”. (Q.S. Hud: 84)

6. “Maka Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah kalian mencatut barang-barang milik orang”. (Q.S. Asy-Syu’ara: 183)

7.  “Dan kepada kaum Tsamud (Kami telah mengutus) saudara mereka, Shalih”. (Q.S. Al-A’raf: 73)

8.   “Dan kepada kaum ‘Ad (Kami telah mengutus) saudara mereka, Hud”. (Q.S. Hud: 50)

9.   “Dan ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya”. (Q.S. Az-Zukhruf: 26)

Pada zaman itu seorang Rasul hanya diutus kepada kelompok tertentu dan tidak melampaui batas-batasnya, tapi kita dapat menjumpai terdapat dua orang Rasul yang sekaligus diutus kepada dua kelompok, seperti Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth As, Nabi Ishaq AS dan Nabi Ismail AS. Ketiga, pada masa itu dakwah risalah tidak disertai kitab suci yang jelas, hanya berupa beberap nasihat, dan acapkali berupa tulisan-tulisan dalam lembaran serta catatan-catatan firman Allah SWT. Keempat, tidak terdapat catatan-catatan sejarah atau perkiraan perkiraan turunnya agama tersebut secara pasti.

Pada periode atau tingkatan “remaja”, dakwah bersifat campuran. Ciri-cirinya tampak sebagai berikut: Pertama, ruang lingkup dakwah lebih luas. Mencakup suatu suku (kabilah) termasuk anak-anak dan sukunya, seperti Bani Israil. Kedua, dakwah risalah mencakup beberapa peraturan dan perincian seperti yang tercantum dalam Safar At-Tatsniyah.

1. “Ayah-ayah tidak boleh dibunuh karena anak-anaknya, dan anak-anaknya tidak boleh dibunuh karena ayah-ayahnya. Tiap orang boleh dibunuh karena dosanya sendiri”

2. “Bila terjadi pertengkaran di antara orang-orang dan mereka menghadap ke pengadilan supaya diadili oleh para hakim, hendaknya orang yang tidak bersalah dibebaskan dari hukuman dan orang yang bersalah harus dihukum”

3.“Jika beberapa orang saudara tinggal bersama, dan salah seorang dari mereka meninggal dunia dan tidak mempunyai anak laki-laki, maka janda orang yang meninggal itu tidak boleh ke luar menjadi istri orang lain. Saudara laki-laki dari suaminya hendaknya menikahinya. Anak yang dilahirkan hendaknya memakai nama saudaranya yang telah meninggal, agar namanya tidak terhapus dari Israil”

4.“Bagimu tidak boleh ada takaran dan timbangan yang berlainan, tetapi hanya ada satu takaran yang benar dan satu timbangan yang benar.”

Ketiga, dakwah risalah mempunyai kitab, yaitu Taurat dan Injil, tetapi hanya pengertian serta maknanya saja yang diwahyukan, sedangkan perumusannya dalam ungkapan perkataan disusun kemudian oleh manusia.

Adapun mengenai tingkatan atau periode ketiga yaitu masa “dewasa”, dakwah risalah mempunyai ciri-ciri nya yaitu: Pertama, pengertian mengenai keesaan Tuhan sangat terang, berhala-berhala dihancurkan dan Islam membuka zaman baru yang tidak dapat menerima syirik dalam bentuk apapun. Kedua, dakwah risalah bersifat umum bagi segenap umat manusia dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul seluruh umat manusia. Ketiga, risalah agama langit ditutup dengan risalah Nabi Muhammad SAW. Keempat, dakwah risalah Nabi Muhammad SAW disertai dengan kitab suci yang tidak tersentuh oleh kebatilan apapun juga. Tanpa terkena perubahan oleh manusia sedikitpun, berbeda halnya dengan Taurat dan Injil. Kelima, keyakinan seorang Rasul Allah yang sangat mantap kepada Tuhannya. Keenam, kehidupan dan sejarah dakwah yang jelas. Zaman dan waktu nya serba definitif, peristiwa-peristiwa terbukti kejadiannya, dan perkembangannya lurus. Ketujuh, agama yang bersifat komprehensif, mencakup persoalan duniawi dan ukhrawi.

Abbas Al-‘Aqqad mengatakan, “Islam datang ke tengah-tengah umat manusia setelah mereka mencapai tingkat perkembangan yang sedemikian luasnya untuk dapat memahami agama, sehingga mereka dapat membedakan antara persoalan ukhrawi dan duniawi. Mereka memahami kebenaran Ilahi adalah hasil perjalanan panjang kontemplasi rohani.

 

REFERENSI : 

- Ahmad Syalaby, Islam Dalam Timbangan 

- Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Quran 

- Muhammad Abduh, Risalah Tauhid 

- Safar Tatsniyah Al Ishhaah

Abbas Al-Aqqad, Allah

- Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOCOR ALUS RAMADAN (BAR): HUKUM SUNTIK DAN INFUS BAGI YANG PUASA, BATALKAH?

EDISI SEJARAH : SERANGAN UMUM 1 MARET YOGYAKARTA

Refleksi Kehidupan : Menjadi Petualang di Tanah Rabbul Izzati (Perspektif Teori Konstruktivisme, Model Inkuiri)