LABIRIN PANJANG DALAM KEHIDUPAN MANUSIA: AGAMA YAHUDI

 LABIRIN PANJANG DALAM KEHIDUPAN MANUSIA: AGAMA YAHUDI


    Sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW. Kehidupan manusia jauh dari cahaya sinar kebenaran yang jelas. Tingkah laku yang dipertontonkan oleh umat manusia sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW. jauh dari hal-hal yang sebagaimana para nabi terdahulu contohkan. Kegemerlapan akal dan hati nurani sudah menjauhkan mereka kepada jalan yang lurus. Akhlak yang sudah dicontohkan para nabi terdahulu tidak diresapi menggunakan akal dan hati nurani, alhasil hidup yang mereka jalani tak lebih dari kehidupan hewani.

    Dengan begitu, mari kita coba bahas secara sederhana kehidupan manusia pada masa itu dengan diawali dari agama Yahudi.

    Pada pembahasan artikel sebelumnya, sudah disinggung bahwa Allah SWT. telah memberikan karunia yang luar biasa kepada bangsa Yahudi berupa para nabi yang diangkat dari golongan mereka untuk memberikan petunjuk agar tetap berada di jalan yang sesuai diperintahkan oleh Allah SWT. Namun, sebagian besar dari bangsa Yahudi tidak mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh para nabi mereka, yang juga merupakan saudara mereka. Bangsa Yahudi memancarkan cahaya yang gelap gulita yang diimplementasikan berupa permusuhan dan bergelimang dalam perbuatan durhaka tanpa menghiraukan tuntutan hati nurani dan nilai moralitas. Bahkan tak jarang dari mereka pun memusuhi dan memerangi para nabi dan rasul yang merupakan saudara mereka. Perbuatan yang jauh dari nilai moril itu banyak tercatat dalam kitab suci mereka, dan juga diungkapkan secara implisit di dalam Alquran.

“Tiap datang seorang Rasul kepada meraka membawa sesuati yang tidak disenangi oleh nafsu mereka, maka sebagian ada yang mereka dustakan dan sebagaian lainnya mereka bunuh”. (Q.S. Al-Maidah:70)

      Atas perbuatan yang tak lazim dan jauh dari nilai-nilai moril, Allah SWT. menimpakan balasan bagi mereka berupa azab yang akan mereka terima, sebab Allah SWT (Maha Mengetahui) memahami apa yang akan terjadi kelak, anak-anak dan cucu serta keturunannya akan berbuat serupa dengan para pendahulunya sehingga Allah SWT. akan memberikan azab bagi mereka sebagai balasan dari perilaku mereka. Sebagaimana Allah SWT. berfirman,

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirimkan kepada mereka (Bani Israil) orang-orang yang hingga hari kiamat akan menimpakan azab seburuk-buruknya kepada mereka” (Q.S. Al-A’raf: 167)    

    Para Nabi dan Rasul dari keturunan Bani Israil tidak sanggup mengajak dan membimbing para saudaranya untuk mengikuti apa yang sudah diperintahkan kepada dirinya untuk senantiasa taat dan takwa kepada Allah SWT. kejiwaan dan hati nurani yang sudah terselimuti oleh gelap yang pekat sangat sulit untuk ditembus cahaya kesucian. Adapun dari mereka (bani Israil) yang mengikuti perintah utusan-Nya, tidak bertahan cukup lama. Seperti halnya yang terjadi pada masa Nabi Musa AS., bani Israil diselamatkan oleh Allah SWT. dari kebengisan Raja Ramses III (Firaun) yang menjadi pemimpin Mesir pada saat itu. Jelas tampak secara nyata di depan mata para pengikut Nabi Musa AS berupa mukjizat yang Allah SWT. berikan kepada Nabi Musa AS. sebagai bukti kebesaran Allah SWT. Namun, setelah Allah SWT. menyelamatkan mereka, tak lama mereka pun kembali kepada kebiasaan mereka dahulu yaitu menyembah berhala dan kembali kepada jalan yang sesat. Bahkan mereka tak segan-segan meminta kepada Nabi Musa AS. untuk dibuatkan berhala, sebagaimana firman Allah SWT.

“Buatkanlah tuhan untuk kami seperti beberapa Tuhan yang mereka punya”. (Q.S. Al-A’raf: 138)

    Nabi Musa AS. meninggalkan mereka sementara untuk menerima wahyu dari Allah SWT. selama ditinggal oleh Nabi Musa AS., mereka berada di bawah bimbingan saudaranya yaitu Nabi Harun AS. namun, tak lama dari perginya Nabi Musa AS., mereka dengan bergeegas untuk membuat patung berbentuk anak lembu yang dapat mengeluarkan suara. Sehingga patung itulah menjadi sesembahan mereka. Sebagaimana firman Allah SWT.,

“Sesungguhnya, orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai sesembahan, kelak mereka akan ditimpa oleh kemurkaan Tuhan dan akan dihinakan dalam kehidupan di dunia ini. Demikianlah kami balas orang-orang yang akan membuat-buat kebohongan”. (Q.S. Al-A’raf: 151-152)

    Kemudian, Nabi Musa AS. hendak memohonkan ampun bagi mereka kepada Allah SWT.. Nabi Musa AS. memilih 70 orang pengikutnya yang paling patuh untuk diajak serta, tetapi mereka berteriak kepada Nabi Musa AS.: “Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum dapat menyaksikan Tuhan secara terang-terangan!” (Q.S. Al-Baqarah: 55)

    Itulah deskripsi tentang gemerlapnya jalan bagi bani Israil pada masa Nabi Musa dan Harun AS. kesesatan yang sudah melekat dan mendarah daging semakin menjauhkan mereka dari nikmatnya meneguk air yang suci berupa hidayah dari-Nya.

REFERENSI :

Ahmad Syalaby, Islam Dalam Timbangan

Ahmad Syalaby, Al-Yahudiyyah 

- Bey Arifin, Rangkaian Cerita Alquran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOCOR ALUS RAMADAN (BAR): HUKUM SUNTIK DAN INFUS BAGI YANG PUASA, BATALKAH?

EDISI SEJARAH : SERANGAN UMUM 1 MARET YOGYAKARTA

Refleksi Kehidupan : Menjadi Petualang di Tanah Rabbul Izzati (Perspektif Teori Konstruktivisme, Model Inkuiri)