Sekilas mengenal Kesultanan Banten

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Wazzap, cuuuuuy. Oke balik lagi bersama saya, siapa hayo? belum tau? cek Ig Fdznaufal03. Kelak Anda akan mengenal diri saya siapa:v. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba sharing kepada kawan-kawan terkait ringkasan seputar Kesultanan Banten. Ingat ya.. ini hanya sebuah ringkasan jadi ga full semua. kalau temen-temen ingin full nya bisa dicek buku karangan Nina Herlina Lubis (Banten Dalam Pergumulan Sejarah), Halwany Michrob dan Mudjahid Chudary (Banten Dalam Catatan Masa Lalu), dan masih banyak lagi. 

Kali ini saya menyajikan tulisan berupa pengetahuan tentang sejarah, sebab saya sendiri demen aja gitu. Tapi ini juga sangat dibutuhkan buat kawan-kawan, karena sejarah itu ajiiiib banget deh. Banyak banget pelajaran yang bisa diambil yang kelak bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langsung aje, Cuuuy simak tulisannya. Jangan lupa sruput dan gayem minuman dan makanan kesukaan biar lebih manjiiiiiwwww.

Sistem Pemerintahan Masa Kesultanan Banten




Dahulu, Banten terkenal dengan daerah yang strategis. Pusat perdagangan yang terletak di pelabuhan Karangantu. Rempah-rempah yang begitu melimpah menarik perhatian negara-negara Eropa untuk menginjakkan kakinya di tanah Banten. Di samping itu pun, Banten terkenal dengan para ulama yang begitu masyhur. Dulu, Banten merupakan daerah yang berbasis agama Hindu sebelum datang nya Islam ke Banten. Hal itu dapat dibuktikkan dengan artefak-artefak berupa prasasti dan bangunan-bangunan yang bercorak Hindu. Salah satu buktinya yaitu peninggalan dari kerajaan Banten Girang. Di sana banyak artefak-artefak yang ditemukan berupa koin, keramik, dan yang lainnya yang bercorak Hindu. Namun masa Hinduisme di Banten berakhir sejak kedatangan Tuan Syaikh Syarif Hidayatullah Cirebon atau yang akrab disapa Sunan Gunung Djati. Beliau berdakwah di tanah Banten dengan mengikuti ‘urf  yang ada di Banten. Bahkan menurut suatu riwayat, Sunan Gunung Djati berdakwah dengan pergi ke sebuah gunung yang di sana merupakan sarangnya para resi. Di sana Sunan Gunung Djati berdakwah dengan melakukan sabung ayam. Di mana jika kalah, maka harus masuk Islam. Hal itu ditujukan kepada orang-orang terhormat karena budayanya jika pemimpinnya masuk Islam maka rakyatnya membuntutinya. Dan juga Sunan Gunung Djati berdakwah dengan pendekatan emosional, menjadikan akhlak sebagai senjata utama untuk menarik perhatian masyarakat. Dan trik itu berhasil mengikat daya tarik masyarakat sekitar untuk memeluk agama Islam.

Bahkan, Sunan Gunung Djati terkenal dengan orang yang baik budi pekertinya. Dan dakwah beliau diteruskan oleh anaknya yang bernama Pangeran Sebakingking yang kemudian bergelar Sultan Maulana Hasanuddin. Dalam rankga mengislamkan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin meneruskan dakwah yang sebelumnya sudah diterapkan oleh sang ayah. Sultan Maulana Hasanuddin pun kemudian berupaya untuk menundukkan kerajaan Banten Girang dengan bantuan dari Agus Jong dan kawan-kawannya dalam menghadapi Prabu Pucuk Umun. Setelah rencana tersebut berjalan dengan lancar dan berhasil menundukkan kerajaan Banten Girang yang berbasis agama Hindu. Akhirnya Sultan Maulana Hasanuddin pun dinobatkan oleh sang ayah untuk menjadi sultan di Banten atau Kesultanan Banten.

Setelah dinobatkan sebagai sultan, Sultan Maulana Hasanuddi memindahkan pusat pemerintahan dari Banten Girang menuju Banten Lama. Hal itu dikarenakan posisi Banten Lama yang strategis. Di sana beliau memulai napak tilasnya dalam membangun Banten yang berbasis Islami. Di sana beliau membangun keraton yang dinamakan Keraton Surosowan. Nama Surosowan ini diambil dari banyak versi. Ada yang mengatakan diambil dari nama satu suro atau 1 Muharram, ada yang mengatakan diambil dari nama buyut dari Sultan Maulana Hasanuddin sendiri. Keraton ini menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal sultan. Dalam pemerintahanya pun beliau dibantu dengan asisten sultan atau yang disebut dengan mangkubumi.

Setelah masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin berakhir, putera mahkota nya yaitu anak dari beliau juga yang bernama Sultan Maulana Yusuf naik menggantikan posisi sang ayah dalam meneruskan perjuangannya. Jika dilihat dari proses pemerintahan yang ada, maka bisa dikatakan bahwa kesultanan Banten menganut sistem monarki absolut, yang artinya yaitu sistem turun-temurun. Sebagaimana yang terjadi pada Dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan lain-lain.

 Pada masa Sultan Maulana Yusuf ini banyak pembangunan-pembangunan guna meningkatkan eksistensi kesultanan sendiri. Mulai dari pembangunan benteng guna membalut kesultanan agar tidak hancur jika ada serangan musuh. Dibangun di sekeliling kesultanan tersebut benteng yang terdiri dari beberapa lapisan. Yang salah satunya terdapat pasir sebagai isi dari lapisan untuk menangkal jika ada bom yang hendak masuk ke dalam kesultanan. Dan juga dilapisi dengan batu karang guna meminimalisir atau menangkal asinnya air laut. Karena kesultanan dahulu dikelilingi oleh laut. Dan menurut suatu riwayat bahwa yang membuat benteng tersebut adalah Raden Sepat, yang ia masih ada keturunan dari Majapahit.

Sistem pemerintahan yang murni tanpa ada pengaruh dari pihak luar terus berlangsung hingga sampai pada masa Sultan Haji. Sultan Haji ini merupakan anak dari Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa Sultan Haji inilah Banten sudah dipengaruhi oleh kolonial Belanda. Belanda sudah ikut campur dalam permasalahan kesultanan. Sistem pemerintahan yang bercorak kebaratan mulai diterapkan di dalam kesultanan seperti adanya Gubernur Jenderal dan lain sebagainya. Dan pada masa inilah awal mula kehancuran Kesultanan Banten.

Hingga kulminasi dari eksistensi Kesultanan Banten itu hilang ketika Thomas Stamford Raffles memaksa Sultan terakhir Banten yaitu sultan Syaifuddin agar pangkat sultan diturunkan menjadi bupati sultan. Mulai dari situlah eksistensinya mulai hilang dan lenyap. Sehingga sultan hanya menjadi boneka para penjajah.

Gimana gimana??? Lumayan kan nambah wawasan dikit mah lah ya hehehe. Jangan lupa komen semisal ada kritik dan saran yang mau diberikan. Aku open ko ke kalian:)))). 

TERIMA KASIH






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

EDISI SEJARAH : SERANGAN UMUM 1 MARET YOGYAKARTA

Merevitalisasi Rasa Sosio-Nasionalisme Dalam Menopang Indonesia Emas 2045.

BOCOR ALUS RAMADAN (BAR): HUKUM SUNTIK DAN INFUS BAGI YANG PUASA, BATALKAH?