Sekilas mengenal Kesultanan Banten
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sistem Pemerintahan Masa Kesultanan Banten
Dahulu, Banten terkenal dengan daerah yang strategis. Pusat perdagangan
yang terletak di pelabuhan Karangantu. Rempah-rempah yang begitu melimpah
menarik perhatian negara-negara Eropa untuk menginjakkan kakinya di tanah
Banten. Di samping itu pun, Banten terkenal dengan para ulama yang begitu masyhur.
Dulu, Banten merupakan daerah yang berbasis agama Hindu sebelum datang nya
Islam ke Banten. Hal itu dapat dibuktikkan dengan artefak-artefak berupa
prasasti dan bangunan-bangunan yang bercorak Hindu. Salah satu buktinya yaitu
peninggalan dari kerajaan Banten Girang. Di sana banyak artefak-artefak yang
ditemukan berupa koin, keramik, dan yang lainnya yang bercorak Hindu. Namun
masa Hinduisme di Banten berakhir sejak kedatangan Tuan Syaikh Syarif
Hidayatullah Cirebon atau yang akrab disapa Sunan Gunung Djati. Beliau
berdakwah di tanah Banten dengan mengikuti ‘urf yang ada di Banten. Bahkan menurut suatu
riwayat, Sunan Gunung Djati berdakwah dengan pergi ke sebuah gunung yang di
sana merupakan sarangnya para resi. Di sana Sunan Gunung Djati berdakwah dengan
melakukan sabung ayam. Di mana jika kalah, maka harus masuk Islam. Hal itu
ditujukan kepada orang-orang terhormat karena budayanya jika pemimpinnya masuk
Islam maka rakyatnya membuntutinya. Dan juga Sunan Gunung Djati berdakwah
dengan pendekatan emosional, menjadikan akhlak sebagai senjata utama untuk
menarik perhatian masyarakat. Dan trik itu berhasil mengikat daya tarik
masyarakat sekitar untuk memeluk agama Islam.
Bahkan, Sunan Gunung Djati terkenal dengan orang yang baik budi
pekertinya. Dan dakwah beliau diteruskan oleh anaknya yang bernama Pangeran
Sebakingking yang kemudian bergelar Sultan Maulana Hasanuddin. Dalam rankga
mengislamkan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin meneruskan dakwah yang
sebelumnya sudah diterapkan oleh sang ayah. Sultan Maulana Hasanuddin pun
kemudian berupaya untuk menundukkan kerajaan Banten Girang dengan bantuan dari
Agus Jong dan kawan-kawannya dalam menghadapi Prabu Pucuk Umun. Setelah rencana
tersebut berjalan dengan lancar dan berhasil menundukkan kerajaan Banten Girang
yang berbasis agama Hindu. Akhirnya Sultan Maulana Hasanuddin pun dinobatkan
oleh sang ayah untuk menjadi sultan di Banten atau Kesultanan Banten.
Setelah dinobatkan sebagai sultan, Sultan Maulana Hasanuddi memindahkan
pusat pemerintahan dari Banten Girang menuju Banten Lama. Hal itu dikarenakan
posisi Banten Lama yang strategis. Di sana beliau memulai napak tilasnya dalam
membangun Banten yang berbasis Islami. Di sana beliau membangun keraton yang
dinamakan Keraton Surosowan. Nama Surosowan ini diambil dari banyak versi. Ada
yang mengatakan diambil dari nama satu suro atau 1 Muharram, ada yang
mengatakan diambil dari nama buyut dari Sultan Maulana Hasanuddin sendiri. Keraton
ini menjadi pusat pemerintahan dan tempat tinggal sultan. Dalam pemerintahanya
pun beliau dibantu dengan asisten sultan atau yang disebut dengan mangkubumi.
Setelah masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin berakhir, putera mahkota
nya yaitu anak dari beliau juga yang bernama Sultan Maulana Yusuf naik
menggantikan posisi sang ayah dalam meneruskan perjuangannya. Jika dilihat dari
proses pemerintahan yang ada, maka bisa dikatakan bahwa kesultanan Banten
menganut sistem monarki absolut, yang artinya yaitu sistem
turun-temurun. Sebagaimana yang terjadi pada Dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan
lain-lain.
Pada masa Sultan Maulana Yusuf ini
banyak pembangunan-pembangunan guna meningkatkan eksistensi kesultanan sendiri.
Mulai dari pembangunan benteng guna membalut kesultanan agar tidak hancur jika
ada serangan musuh. Dibangun di sekeliling kesultanan tersebut benteng yang
terdiri dari beberapa lapisan. Yang salah satunya terdapat pasir sebagai isi
dari lapisan untuk menangkal jika ada bom yang hendak masuk ke dalam
kesultanan. Dan juga dilapisi dengan batu karang guna meminimalisir atau
menangkal asinnya air laut. Karena kesultanan dahulu dikelilingi oleh laut. Dan
menurut suatu riwayat bahwa yang membuat benteng tersebut adalah Raden Sepat,
yang ia masih ada keturunan dari Majapahit.
Sistem pemerintahan yang murni tanpa ada pengaruh dari pihak luar terus
berlangsung hingga sampai pada masa Sultan Haji. Sultan Haji ini merupakan anak
dari Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa Sultan Haji inilah Banten sudah
dipengaruhi oleh kolonial Belanda. Belanda sudah ikut campur dalam permasalahan
kesultanan. Sistem pemerintahan yang bercorak kebaratan mulai diterapkan di
dalam kesultanan seperti adanya Gubernur Jenderal dan lain sebagainya. Dan pada
masa inilah awal mula kehancuran Kesultanan Banten.
Hingga kulminasi dari eksistensi Kesultanan Banten itu hilang ketika Thomas Stamford Raffles memaksa Sultan terakhir Banten yaitu sultan Syaifuddin agar pangkat sultan diturunkan menjadi bupati sultan. Mulai dari situlah eksistensinya mulai hilang dan lenyap. Sehingga sultan hanya menjadi boneka para penjajah.
Gimana gimana??? Lumayan kan nambah wawasan dikit mah lah ya hehehe. Jangan lupa komen semisal ada kritik dan saran yang mau diberikan. Aku open ko ke kalian:)))).
Wah makasih, kak. Ini sangat bermanfaat..
BalasHapusTerimakasih, kak Ervin🙏
HapusBikin ringkasan tentang kerajaan ottoman dong kka :^
BalasHapusIn syaa Allah nanti dibuatkan yaa
Hapus