Peran Perempuan di Era Revolusi Industri 4.0
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....
Peran Perempuan di
Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri telah terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut
serta berkembang hingga kini. Dimulai dari era mesin uap yang mendominasi pada
saat itu, dari kereta sampai mesin penggerak turbin. Dan sekarang memasuki
wilayah revolusi ke – 4, semuanya sudah berubah secara drastis. Tren
otomatisasi, pertukaran data terkini, komputasi awan, internet of things,
kecerdasan buatan atau hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan operasional
kita. Hampir semua hal. Termasuk dalam hal kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya belajar mengajar hingga kebutuhan akan sandang dan pangan. Semua serba
instan. Di era revolusi yang kini merebak begitu cepatnya bagaikan Corona
Virus Disease 19 atau yang akrab disapa virus Covid – 19, tak dapat
dipungkiri jika kehidupan manusia kelak akan bergantung kepada teknologi yang
serba instan. Untuk itu, perlu ada penanganan agar dapat mengikuti arus air
tanpa terbawa ke dalam derasnya arus tersebut. Semua butuh kerja sama tanpa
mengandalkan segelintir pihak saja. Dan tidak menganggap segelintir pihak
dengan pandangan sebelah mata saja.
Dalam era revolusi 4.0. ini, semua butuh akan teknologi dalam menjalani
kehidupannya. Namun nyatanya, tak semua orang mengerti akan kegunaan teknologi
yang sesungguhnya itu seperti apa. Minimnya literasi digital menyebabkan
penyalahgunaan teknologi itu sendiri. Khusunya di era seperti ini yaitu
perempuan. Bisa kita lihat melalui sosial media, banyak para kaum perempuan
yang sangatlah minim akan literasi digital sehingga mereka melakukan
tindakan-tindakan sembrono melalui sosial media mereka masing-masing. Walaupun
tak semua seperti itu, akan tetapi mayoritas yang terjadi saat ini begitu
adanya.
Berbicara tentang perempuan, tidak sedikit hasil kajian penelitian yang
menyebutkan bahwasanya kaum perempuan dan anak sangatlah rentan mengalami
berbagai problematika, mulai dari kemiskinan, konflik, kekerasan dan lain
sebagainya. Pun di era emansipasi seperti sekarang ini, kaum perempuan masih
dianggap sebagai kaum subordinat di bawah laki-laki sehingga mereka dianggap
hanya mampu dalam mengurus kehidupan rumah tangga saja. Bahkan menurut data
dari Badan Pusat Statistik (BPS), hanya ada 30 persen perkerja perempuan di
bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematika. Namun seiring
berjalannya waktu, peran perempuan dalam kehidupan terus menujukkan taji nya
sehingga kemampuan mereka khususnya dalam menghadapai era revolusi 4.0 ini
patut diperhitungkan. Sehingga dibutuhkan cara bagaimana peran dan kesempatan
antara laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan. Hanya saja, tantangan bagi
kaum perempuan yaitu bagaimana mengubah sikap permisif dan praktik budaya yang
membatasi pendidikan bagi kaum perempuan guna mengerucutkan kesenjangan antara
laki-laki dan perempuan.
Oleh karena itu, dibutuhkan program-program kerja pemberdayaan perempuan.
Hadirnya revolusi industri 4.0, harus dapat dikelola sebaik mungkin bagi kaum
perempuan, karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi keberadaan perempuan
sebagai bagian dari peradaban dunia. Perempuan memiliki peran yang sangat vital
dalam percaturan kehidupan. Dia harus menjadi ibu rumah tangga, sebagai sekolah
pertama bagi anak-anak nya, bahkan harus berperan dalam sosial masyarakatnya.
Untuk itu, kini perempuan haruslah agresif dalam kreatif dan memiliki
pendidikan yang tinggi agar eksistensi mereka terasa secara nyata bukan hanya
omong kosong. Dalam dunia pendidikan, wanita harus mengejar pendidikannya
setinggi mungkin agar dapat menjadi gudangnya ilmu bagi anak dan dapat
membangun rumah tangga melalui pendidikan terhadap anak dapat tersistematis
dengan baik. Dogma-dogma yang mengatakan perempuan tidak lah perlu
berpendidikan tinggi karena hidup mereka akan berujung mengurus rumah tangga
saja, harus dihapuskan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan khususnya
dalam urusan rumah tangga.
Teknologi yang melesat begitu cepat tanpa disandingkan dengan pendidikan
yang memadai, akan terasa sulit untuk dibenahi. Dan hal itu menjadi pekerjaan
rumah yang cukup berat bagi kaum perempuan. Sebab ia harus menjadi kompas bagi
anak-anaknya agar memanfaatkan teknologi sebaik mungkin. Seorang perempuan
(ibu) akan terus memantau penggunaan teknologi bagi anak-anaknya agar tidak
terjerumus ke dalam sampah-sampah teknologi.
Sehingga peran perempuan di era revolusi 4.0 ini semakin dibutuhkan.
Namun, masih banyak kendala untuk mewujudkan itu semua. Salah satunya yaitu
sebagaimana yang disebutkan oleh International Telecommunication Union
(ITU), menyebutkan bahwa penggunaan akses informasi dan komunikasi perempuan
masih sangat rendah dibanding laki-laki. Hambatan yang dihadapi perempuan di
negara berkembang seperti Indonesia dalam penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi, di antaranya pendidikan, keaksaraan, literasi, waktu, biaya dan
lain sebagainya. Perempuan Indonesia merupakan pengguna internet yang aktif,
namun memiliki intensitas literasi yang rendah karena kurangnya pelatihan
pendidikan dan latar belakang yang rendah.
Kesetaraan gender atau persamaan hak yang acapkali disuarakan oleh
perempuan, tidak harus dipandang sebagai hak dan kewajiban yang sama persis
(mutlak) dengan laki-laki, sebab ada batasan-batasan yang merupakan sebuah
kodrat.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu. Banyak dari mereka yang mulai
untuk berperan aktif dalam kemajuan peradaban. Banyak dari mereka yang mencoba
hal-hal kreatif dan penuh inovasi. Mulai dari mereka yang bergerak dalam bidang
bisnis online hingga mencari konten-konten positif untuk diposting dalam sosial
media. Kini, banyak dari kaum perempuan yang sudah menunjukkan taji nya bahwa
diri nya tak kalah hebat dengan laki-laki, sehingga dapat menghilangkan
dogma-dogma sontoloyo terhadap perempuan. Contohnya saja yaitu ibu Tri
Rismaharini yang merupakan seorang wanita yang memimpin kota yang memiliki tim
sepak bola berjuluk bajul ijo. Hal itu membuktikkan bahwa perempuan
memiliki peran yang sangat penting dalam era revolusi industri 4.0.
Gimana, Gaes????. masih banyak minus ya?? wajarin ajalah karena masih tahap belajar. mudah-mudahan tulisan ini dapat membangkitkan ghiroh perempuan dalam mencapai pendidikan setinggi mungkin dan dapat menghapus dogam yang sudah mendarah daging terkait hal negatif tentang derajat perempuan di dunia nyata. Terima kasih :))))))
Komentar
Posting Komentar