Peran Perempuan di Era Revolusi Industri 4.0

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Gimana kabar kawan-kawan semua?? semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat yawww.
Oke kenalin nama saya Naufal Fawwaz Dzaki, status mahasiswa. ini merupakan blogger baru saya, jadi mohon maklum banyak minus nya. bagi kawan-kawan yang sudah mempunyai jam terbang yang bagus terkait tata cara pengelolaan blogger bisa sharing ke saya, karena saya juga butuh ilmu dari kawan-kawan. bisa Direct Message (DM) via Instagram saya (Fdznaufal03). Hampura yeu bukan mau promosi tapi cuma mau ngasih tau aja:v. 

oke langsung aja menuju ke tulisan yang saya buat, tulisan pertama ini terkait dengan peran perempuan di era revolusi industri 4.0. Mengapa demikian??. Sebab banyak pandangan, dogma-dogma negatif terkait perempuan itu sendiri, gaesss. Ada yang cakap perempuan tak usah pendidikan tinggi-tinggi, perempuan ujug-ujug hanya jadi ibu rumah tangga, perempuan hanya butuh keahlian memasak, mencuci, dan lain-lain. menurut saya itu tak adil bagi perempuan. bukan begitu??. Simak tulisan di bawah sambil sruput minuman kesukaan, Anda.


Peran Perempuan di Era Revolusi Industri 4.0




Revolusi industri telah terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut serta berkembang hingga kini. Dimulai dari era mesin uap yang mendominasi pada saat itu, dari kereta sampai mesin penggerak turbin. Dan sekarang memasuki wilayah revolusi ke – 4, semuanya sudah berubah secara drastis. Tren otomatisasi, pertukaran data terkini, komputasi awan, internet of things, kecerdasan buatan atau hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan operasional kita. Hampir semua hal. Termasuk dalam hal kehidupan sehari-hari. Seperti halnya belajar mengajar hingga kebutuhan akan sandang dan pangan. Semua serba instan. Di era revolusi yang kini merebak begitu cepatnya bagaikan Corona Virus Disease 19 atau yang akrab disapa virus Covid – 19, tak dapat dipungkiri jika kehidupan manusia kelak akan bergantung kepada teknologi yang serba instan. Untuk itu, perlu ada penanganan agar dapat mengikuti arus air tanpa terbawa ke dalam derasnya arus tersebut. Semua butuh kerja sama tanpa mengandalkan segelintir pihak saja. Dan tidak menganggap segelintir pihak dengan pandangan sebelah mata saja.

Dalam era revolusi 4.0. ini, semua butuh akan teknologi dalam menjalani kehidupannya. Namun nyatanya, tak semua orang mengerti akan kegunaan teknologi yang sesungguhnya itu seperti apa. Minimnya literasi digital menyebabkan penyalahgunaan teknologi itu sendiri. Khusunya di era seperti ini yaitu perempuan. Bisa kita lihat melalui sosial media, banyak para kaum perempuan yang sangatlah minim akan literasi digital sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan sembrono melalui sosial media mereka masing-masing. Walaupun tak semua seperti itu, akan tetapi mayoritas yang terjadi saat ini begitu adanya.

Berbicara tentang perempuan, tidak sedikit hasil kajian penelitian yang menyebutkan bahwasanya kaum perempuan dan anak sangatlah rentan mengalami berbagai problematika, mulai dari kemiskinan, konflik, kekerasan dan lain sebagainya. Pun di era emansipasi seperti sekarang ini, kaum perempuan masih dianggap sebagai kaum subordinat di bawah laki-laki sehingga mereka dianggap hanya mampu dalam mengurus kehidupan rumah tangga saja. Bahkan menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hanya ada 30 persen perkerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematika. Namun seiring berjalannya waktu, peran perempuan dalam kehidupan terus menujukkan taji nya sehingga kemampuan mereka khususnya dalam menghadapai era revolusi 4.0 ini patut diperhitungkan. Sehingga dibutuhkan cara bagaimana peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan. Hanya saja, tantangan bagi kaum perempuan yaitu bagaimana mengubah sikap permisif dan praktik budaya yang membatasi pendidikan bagi kaum perempuan guna mengerucutkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.

Oleh karena itu, dibutuhkan program-program kerja pemberdayaan perempuan. Hadirnya revolusi industri 4.0, harus dapat dikelola sebaik mungkin bagi kaum perempuan, karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi keberadaan perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia. Perempuan memiliki peran yang sangat vital dalam percaturan kehidupan. Dia harus menjadi ibu rumah tangga, sebagai sekolah pertama bagi anak-anak nya, bahkan harus berperan dalam sosial masyarakatnya.

Untuk itu, kini perempuan haruslah agresif dalam kreatif dan memiliki pendidikan yang tinggi agar eksistensi mereka terasa secara nyata bukan hanya omong kosong. Dalam dunia pendidikan, wanita harus mengejar pendidikannya setinggi mungkin agar dapat menjadi gudangnya ilmu bagi anak dan dapat membangun rumah tangga melalui pendidikan terhadap anak dapat tersistematis dengan baik. Dogma-dogma yang mengatakan perempuan tidak lah perlu berpendidikan tinggi karena hidup mereka akan berujung mengurus rumah tangga saja, harus dihapuskan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan khususnya dalam urusan rumah tangga.

Teknologi yang melesat begitu cepat tanpa disandingkan dengan pendidikan yang memadai, akan terasa sulit untuk dibenahi. Dan hal itu menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi kaum perempuan. Sebab ia harus menjadi kompas bagi anak-anaknya agar memanfaatkan teknologi sebaik mungkin. Seorang perempuan (ibu) akan terus memantau penggunaan teknologi bagi anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam sampah-sampah teknologi.

Sehingga peran perempuan di era revolusi 4.0 ini semakin dibutuhkan. Namun, masih banyak kendala untuk mewujudkan itu semua. Salah satunya yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh International Telecommunication Union (ITU), menyebutkan bahwa penggunaan akses informasi dan komunikasi perempuan masih sangat rendah dibanding laki-laki. Hambatan yang dihadapi perempuan di negara berkembang seperti Indonesia dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, di antaranya pendidikan, keaksaraan, literasi, waktu, biaya dan lain sebagainya. Perempuan Indonesia merupakan pengguna internet yang aktif, namun memiliki intensitas literasi yang rendah karena kurangnya pelatihan pendidikan dan latar belakang yang rendah.

Kesetaraan gender atau persamaan hak yang acapkali disuarakan oleh perempuan, tidak harus dipandang sebagai hak dan kewajiban yang sama persis (mutlak) dengan laki-laki, sebab ada batasan-batasan yang merupakan sebuah kodrat.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu. Banyak dari mereka yang mulai untuk berperan aktif dalam kemajuan peradaban. Banyak dari mereka yang mencoba hal-hal kreatif dan penuh inovasi. Mulai dari mereka yang bergerak dalam bidang bisnis online hingga mencari konten-konten positif untuk diposting dalam sosial media. Kini, banyak dari kaum perempuan yang sudah menunjukkan taji nya bahwa diri nya tak kalah hebat dengan laki-laki, sehingga dapat menghilangkan dogma-dogma sontoloyo terhadap perempuan. Contohnya saja yaitu ibu Tri Rismaharini yang merupakan seorang wanita yang memimpin kota yang memiliki tim sepak bola berjuluk bajul ijo. Hal itu membuktikkan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam era revolusi industri 4.0. 

 

Gimana, Gaes????. masih banyak minus ya?? wajarin ajalah karena masih tahap belajar. mudah-mudahan tulisan ini dapat membangkitkan ghiroh perempuan dalam mencapai pendidikan setinggi mungkin dan dapat menghapus dogam yang sudah mendarah daging terkait hal negatif tentang derajat perempuan di dunia nyata. Terima kasih :))))))

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

EDISI SEJARAH : SERANGAN UMUM 1 MARET YOGYAKARTA

Merevitalisasi Rasa Sosio-Nasionalisme Dalam Menopang Indonesia Emas 2045.

BOCOR ALUS RAMADAN (BAR): HUKUM SUNTIK DAN INFUS BAGI YANG PUASA, BATALKAH?