Eropa : Tersiksa hingga berkuasa

EROPA : TERSIKSA HINGGA BERKUASA

 Eropa yang kita kenal sekarang adalah Eropa yang memiliki peradaban yang melesat bak roket. Eropa kini menguasai hampir seluruh aspek kehidupan di dunia. Eropa memiliki sebuah pengaruh yang sangat signifikan dalam perputaran kelangsungan hidup manusia. Namun sebelum hal itu menjadi sebuah kenyataan, Eropa pun harus berjuang secara tertatih-tatih melewati masa-masa kelam. Perjuangan yang tak ada hentinya membuat mereka berhasil keluar dari belenggu kegelapan hingga saat ini kiprahnya terus memancarkan sinarnya. 

Kita tahu bahwa jika mendengar kata abad pertengahan dan dikoherensikan dengan sebuah hal yang sifatnya historis maka itu adalah zaman di mana Eropa mengalami zaman kegelapan. Zaman kegelapan di sini tidak bisa diartikan secara lahir kata tersebut, yang dimaksud kegelapan di situ adalah zaman di mana Eropa mengalami sebuah kebobrokan sehingga Eropa tidak bisa keluar dari peradaban yang konyol. Kala itu, Eropa mengalami sebuah zaman yang membuat tatanan kehidupan harus terbelenggu dengan sebuah jeruji besi kecuali wilayah Andalusia (sekarang Spanyol). Hal itu disebabkan karena Andalusia masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah II. Abad pertengahan ditandai dari mulai bersatunya bekas wilayah kerajaan Romawi Barat pada abad ke - 5 Masehi hingga dimulainya era Renaisans yang ditandai dengan adanya penjelajahan samudera, kebangkitan ilmu pengetahuan dan revitalisasi humanisme. 

Zaman kegelapan muncul ketika kuatnya pengaruh gereja dalam tatanan kehidupan masyarakat Eropa sehingga berimplikasi kepada peradaban dan ilmu pengetahuan yang mengalami stagnasi bahkan kemunduran. Tak ada satupun yang boleh memberikan sebuah peran yang besar kecuali gereja sehingga terhambatnya pertumbuhan bibit-bibit para kaum intelektual. Abad pertengahan bisa disebut juga sebagai hegemoni agama. Karena agama memberikan sebuah peran yang sangat besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat Eropa pada saat itu. Sesuatu yang tak ada kaitannya dengan agama maka dijustifikasi sebagai hal yang melenceng dan melanggar hukum. Hal itu makin membuat tersendatnya perkembangan ilmu-ilmu yang bersifat empiris dan teori-teori baru. Agama yang pada saat itu menjadi alat penguasa adalah Kristen Katholik. 

Dengan adanya sebuah kebobrokan tersebut memberikan sebuah keresahan bagi masyarakat Eropa. Wujud dari bentuk keresahan tersebut adalah dengan adanya reformasi Protestan. Reformasi Protestan adalah bentuk skisma dari gereja Katholik yang diprakarsai oleh Martin Luther yang kemudian dilanjutkan oleh Yohanes Calvin, Ulrich Zwingli serta para reforman protestan lainnya pada abad ke - 16 Masehi. Pergerakan ini secara universal dianggap sudah mulai sejak dipublikasikannya 95 tesis oleh Luther pada tahun 1517, hal itu terus berlangsung hingga usai perang Tiga Puluh Tahun melalui perdamaian Westfalen pada tahun 1648 Masehi. Peperangan tersebut harus dibayar mahal dengan banyaknya korban jiwa yang menembus angka 7,5 juta jiwa. Perang yang berlangsung dari tahun 1524-1648. Hasil dari perdamaian Westfalen tersebut adalah diakuinya tiga agama, yaitu Katholik Roma; Calvinis; dan Lutheran. 

Terdapat juga gerakan-gerakan reformasi di seluruh Eropa daratan yang dikenal sebagai Reformasi Radikal, yang menimbulkan gerakan-gerakan Anabaptis, Moravia, dan Pietistik lainnya. Selain membentuk komunitas-komunitas di luar otorisasi negara, para Reformis Radikal sering kali menerapkan perubahan doktrin yang lebih ekstrem, misalnya penolakan terhadap prinsip-prinsip hasil Konsili Nicea dan Konsili Kalsedon yang berlangsung pada Abad Kuno Akhir.

Kemudian timbul pula istilah sekularisme yang digagas oleh George Jacob Holyoake pada tahun 1846 yang menyatakan bahwa sekularisme adalah sebuah sistem etik yang didasarkan kepada prinsip moral alamiah yang terlepas dari hal-hal yang bersifat agamis dan supranatural. Pemikiran-pemikiran itulah yang menjadi pemicu munculnya gerakan Renaissance dimana perlawanan terhadap Gereja di berbagai negara Eropa, Banyak cendikiawan yang belajar tentang filsafat dan berbagai ilmu pengetahuan ke negara maju Andalusia (Muslim). Dan selain itu, paham sekularisme digaungkan sebagai sistem pemerintahan yang baru.

Sekularisme menjadi paham sistem pemerintahan yang kuat di Eropa karena masyarakatnya khawatir jika agama (Gereja) menguasai kehidupan mereka kembali akan terjadi kemunduran dan penindasan seperti abad sebelumnya. Sehingga bisa disebut sekularisme adalah bentuk trauma bangsa Eropa terhadap kezaliman kekuasaan Gereja pada saat itu.

Aufklarung adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui memiliki semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan tradisional, memisahkan pengaruh-pengaruh keagamaan dari pemerintahan. Bertolak dari pemikiran ini, masyarakat mulai menyadari pentingnya diskusi-diskusi dan pemikiran ilmiah. Ideologi Sekularisme menjadi dasar tonggak peradaban maju Eropa. Selain itu juga terdapat paham rasionalisme yang mengutamakan kebenaran berdasarkan fakta yang ada menyebabkan banyaknya gerakan menentang gereja. 

Semangat ini kemudian ditularkan pula kepada koloni-koloni Bangsa Eropa di Asia, termasuk Indonesia, walaupun Indonesia bukan negara yang berpaham Sekularisme. Contoh nyatanya adalah pendirian Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Museum Gajah), suatu perhimpunan untuk menelaah ditinjau dari riset-riset ilmiah.

Renaisans adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan Renaissance tidak terjadi secara bersamaan di seluruh Eropa, gerakan ini juga tidak terjadi secara serentak melainkan perlahan-lahan mulai dari abad ke 15. Persebaran itu ditandai dengan pemakaian kertas dan penemuan barang metal. Kedua hal tersebut mempercepat penyebaran ide gerakan Renaissance dari abad ke-15 dan seterusnya.

Dalam dunia politik, budaya Renaissance berkontribusi dalam pengembangan konvensi diplomasi. Sedangkan dalam ranah ilmu pengetahuan, gerakan Renaissance membantu meningkatkan ketergantungan atau kebutuhan atas hasil pengamatan atau observasi.

Sebuah implikasi dari Renaisans tersebut adalah menggiring kehidupan masyarakat Eropa menjadi sebuah masyarakat yang mandiri, merdeka, dan maju dalam segala bidang sehingga menjadi sebuah perubahan yang besar bagi Eropa sendiri.


Referensi

Solihin, Muhammad. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern. Bandung: Pustaka Setia


Syam, Fidaus. 2007. Pemikiran Politik Barat, Sejarah, Filsafat, Ideology Dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke 3, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOCOR ALUS RAMADAN (BAR): HUKUM SUNTIK DAN INFUS BAGI YANG PUASA, BATALKAH?

EDISI SEJARAH : SERANGAN UMUM 1 MARET YOGYAKARTA

Refleksi Kehidupan : Menjadi Petualang di Tanah Rabbul Izzati (Perspektif Teori Konstruktivisme, Model Inkuiri)