Sejarah Hanyalah Sebuah Hal yang Tabu

 Sejarah Hanyalah Sebuah Hal yang Tabu


Dalam perjalanan hidup dan proses kehidupan, kita tak lepas dari yang namanya sebuah sejarah. Berbagai macam kehidupan yang hari ini kita rasakan adalah zonder dari sebuah sejarah yang sudah tercatat di masa lampau. Hal itu tanpa kita sadari secara nyata. Kehidupan masyarakat yang beralih dari zaman ke zaman merupakan bentuk kontemplasi terhadap peristiwa masa lalu. Sejarah itu hanyalah sebuah hal yang tabu, jikalau kita tak dapat memahami nya Secara komprehensif. Sejarah bukan hanya sebuah cerita yang berisikan tokoh, alur, setting dan lain sebagainya. Lebih kompleks dari itu. 

Secara sederhana, sejarah menurut Kuntowijoyo adalah sebuah proses peristiwa masa lalu yang direkonstruksi untuk masa kini dan masa depan. Banyak dari kita yang terjebak dalam dunia sejarah yang berisikan hal-hal yang membosankan.  Sejarah menjadi momok yang membosankan dan kuno. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sejarah hanya menjadi sebuah pelajaran yang memaksa anak terus menerus menghafal tanpa tahu apa yang terjadi dan bagaimana sejarah itu tercipta dan melakukan sebuah analisa lebih dalam dari peristiwa yang terjadi. Menurut Ilyas Husein, "bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis, seperti mesin." 

Lebih jauh lagi, Ibnu Khaldun sebagai seorang ilmuwan Islam yang fokus dalam filsafat mengatakan, sejarah itu adalah sebuah pemikiran. Bagaimana kita bisa melihat arah dan gerak sejarah tersebut. Banyak berbagai macam ilmuwan yang mengemukakan tentang sejarah sebagai sebuah pemikiran. Seperti Karl Marx, Arnold Toynbee, G.W.F. Hegel, Francis Fukuyama dan masih banyak yg lainnya. Mereka memberikan sebuah arti sebuah sejarah sebagai pemikiran. Bukan sebatas peristiwa yang terjadi. Karena ketika kita hanya memahami sejarah sebagai peristiwa tak ubahnya sebagai cerita pengantar tidur saja. Sejarah itu sangatlah penting dipahami secara komprehensif dan radikal. Segala kehidupan dengan banyaknya pola itu merupakan buah dari pengambilan intisari dari sejarah yang sudah tercatat. 

Francis Fukuyama menggambarkan sebuah sejarah dengan bentuk linier, yaitu menuju suatu tujuan yang pasti. Begitu juga dengan Ibnu Khaldun, beliau menggambarkan sejarah sebagai roda yang berputar. Sejarah akan berulang seperti yang sudah terjadi, hanya lakon nya saja berbeda. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita memahami sejarah jauh dari sekadar sebuah peristiwa belaka. 

Urgensi dalam belajar sejarah itu ialah menjadikan nya kita lebih bijaksana. Guru terbaik kehidupan adalah sejarah. Bahkan soekarno sampai membuat tulisan khusus berjudul "Jasmerah" yang berarti "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah". Ini mengindikasikan bahwa belajar sejarah itu penting dan bermakna jika betul-betul memahami nya. 

Perlu diketahui,  bahwa dengan sejarah kita dapat membuat goresan yang sangat berharga di masa yang akan datang. Membentuk sebuah kesadaran sejarah kepada masyarakat itulah yang menjadi tugas utama. Memberikan stimulus bahwa sejarah itu bukan hal yang usang, akan tetapi itulah senjata yang ampuh dalam mengambil pijakan selanjutnya di masa yang akan datang. 

Sumber : 

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah
Francis Fukuyama, The End of History
Tan Malaka, Materialisme,  Dialektika Logika (Madilog)
Soekarno, Jasmerah 
Joshua Jolly Sucanta Cakranegara, Jurnal "Membangun Kesadaran Sejarah Kritis dan Integratif Untuk Indonesia Maju"
Ibnu Khaldun, Mukadimah 

Gambar : 

Media kompas


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BOCOR ALUS RAMADAN (BAR): HUKUM SUNTIK DAN INFUS BAGI YANG PUASA, BATALKAH?

EDISI SEJARAH : SERANGAN UMUM 1 MARET YOGYAKARTA

Refleksi Kehidupan : Menjadi Petualang di Tanah Rabbul Izzati (Perspektif Teori Konstruktivisme, Model Inkuiri)